Kamis

4. MANUSIA DAN ADIL

tentang bagaimana "bersikap adil" itu tidak mudah,
apalagi tentang bagaimana kita mempraktekkan untuk "bersikap adil"...ini
jauh lebih sulit lagi. Oleh karena masalah "adil" ini bukan mengenai
masalah sosial atau hukum saja, tetapi ini sudah sangat menyangkut
masalah tanggung jawab moral. Dan, kalau sudah bicara tentang moral,
berarti hal ini sudah berkaitan dengan seberapa baik - buruknya manusia
dalam bertindak. Maka dari itu, setiap usaha untuk "bersikap adil" atau
"bersikap tidak adil" akan selalu menuntut "pertanggungjawaban moral",
dan ini berkaitan juga dengan hati nurani. Oleh sebab itu, kita harus
merenungkan kembali sikap kita selama ini, yang menyangkut soal
keadilan. Bagaimana hati nurani kita?
 
 
adil, sebuah kata yang sering kita dengar. Di setiap kalimat yang
diucapkan saat membahas hal-hal berkaitan dengan sosial kemasyarakatan,
hampir selalu muncul kata "adil" ini. Lalu, bagaimana sesungguhnya makna
dari kata "adil" tersebut? Nah, ini merupakan suatu hal yang tidak mudah
untuk memberi "definisi adil" secara langsung, jelas dan terang, serta
tentu saja bisa memuaskan semua pihak. Dan, di Blog ini, saya bukan
bermaksud untuk memberikan definisi pasti mengenai "adil"; tetapi saya
ingin ikut "sharing" dengan Anda tentang bagaimana sebaiknya menyikapi
"adil" ini di dalam kehidupan kita.

Kalau saya melihat secara umum atau gambaran umum yang berlaku di
masyarakat tentang "pengertian adil", maka bisa saya simpulkan bahwa
"bersikap adil" berarti menunjukkan sikap berpihak kepada yang benar,
tidak berat sebelah, dan tidak memihak salah satunya. Ini kesimpulan
kurang lebih yang berlaku di masyarakat sepanjang pengetahuan saya
selama ini. Tetapi, yang menjadi persoalan tentang ADIL ini adalah,
sudahkah kita semua benar-benar mempraktekkannya? Sudahkah kita mencoba
untuk bersikap adil yang sesungguhnya? Cobalah Anda ikut merenungkannya?
Biasanya orang memiliki sudut pandang berbeda tentang "bersikap adil"
ini. Pada dasarnya, timbulnya istilah ADIL atau TIDAK ADIL ini karena
berkaitan dengan hubungan antar manusia. Dan, jika sudah menyangkut soal
hubungan antar manusia, pasti akan melibatkan sikap, pandangan, maupun
perasaan emosi kita; maka dari itu muncullah istilah ADIL ini. Di bawah
ini ada beberapa sudut pandang mengenai "bersikap adil" menurut bahasa
saya, yang saya coba uraikan kepada Anda, sebagai berikut:
  • Adil berdasarkan "egoisme pribadi":
Pandangan seperti ini tentu saja menilai suatu tindakan atau perbuatan
siapa pun, yang pasti selalu dikaitkan dengan keuntungan diri sendiri,
seberapa besar keuntungan yang diperolehnya, itulah yang sangat
berpengaruh pada makna adil di sini. Mereka dengan paham seperti ini
punya kecenderungan tidak mau tahu orang lain, yang penting adalah
keuntungan diri sendiri. Mereka tidak mempunyai "rasa empati" pada
sesama, maunya menang sendiri. Dan, penganut paham ini pasti akan
langsung berteriak bahwa "itu adil" jika dia mendapatkan keuntungan dari
tindakan atau perbuatan itu. Sebaliknya, jika mereka tidak memperoleh
keuntungan apa pun dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
ataupun oleh suatu lembaga; maka mereka akan berkata bahwa itu tidak
adil.
  • Adil berdasarkan "egoisme kelompok":
Pandangan tentang adil seperti ini, hampir mirip dengan pandangan adil
berdasarkan egoisme pribadi. Bedanya, penganut paham ini bisa sedikit
berpandangan lebih luas mengenai keadilan, yaitu adil untuk kelompoknya
sendiri. Jika dia merasa kelompoknya atau keluarganya memperoleh
hasil-hasil bagus dari sesuatu, dari siapa pun, maka dia juga akan
berseru bahwa itu memang adil. Tapi, jika kelompoknya tidak memperoleh
hasil sesuai harapannya atau hanya sedikit mendapatkan bagian, maka
pasti dia berteriak bahwa itu tidak adil. Paham adil berdasarkan egoisme
kelompok ini sangat banyak dianut oleh sebagian besar orang di dalam
negeri kita ini. Paham ini muncul, karena tentu adanya kesamaan
pandangan diantara masing-masing pribadi yang terlibat, sehingga mereka
kemudian bisa bersatu. Mereka yang masuk di dalam paham ini, juga
memiliki "rasa empati", tetapi empati ini hanya khusus ditujukan kepada
orang-orang yang sepaham dengan dirinya, hanya sebatas empati di dalam
kelompoknya.
  • Adil berdasarkan "kelayakan bagi orang lain":
Inilah pandangan yang dipegang oleh orang-orang dengan idealisme
tinggi dan penuh rasa peduli dengan sesama. Mereka dengan paham seperti
ini akan selalu memperjuangkan "rasa keadilan" bagi sesama. Setiap
perbuatan yang dilakukan oleh siapa pun, selalu dicermati dengan sudut
pandang, seberapa jauh perbuatan itu bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Jika dirasa bahwa perbuatan itu benar-benar bisa membawa manfaat bagi
banyak orang, maka itu sudah dianggapnya "adil". Sebaliknya, meskipun
tindakan itu bisa dirasakan oleh sekelompok orang sudah adil, tetapi
menurut pemegang paham ini, hal itu masih dianggap "tidak adil", karena
tindakan tersebut hanya bermanfaat bagi sekelompok golongan kecil saja.
Mereka yang mendukung paham ini, cenderung memiliki "rasa empati" sangat
tinggi kepada orang lain yang "tidak mendapatkan keadilan". Bahkan
mereka cenderung lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri.
  • Adil berdasarkan "kesamaan derajat":
Menurut saya inilah sebagian besar "paham keadilan" yang banyak
dipegang oleh orang. Mungkin juga Anda termasuk di dalamnya. Penganut
paham ini, saya pikir memang bisa lebih bersikap adil, baik terhadap
sesama orang, maupun terhadap dirinya sendiri. Ini bagi saya merupakan
paham yang paling cocok dan ideal untuk semua orang. Oleh karena dengan
memahami adanya "kesamaan derajat" diantara sesama manusia, maka kita
tentu bisa lebih "proporsional" dalam hal berlaku adil ini. Kita bisa
berlaku adil untuk sesama orang, dan kita juga bisa berlaku adil untuk
diri kita sendiri, sebab "derajat" kita sebagai sesama manusia
sesungguhnya memang sama. Mereka ini pun juga memiliki "rasa empati"
terhadap sesamanya. Rasa empati yang dimiliki oleh orang dengan paham
"adil berdasarkan kesamaan derajat" ini lebih bersifat proporsional
juga, tidak berlebihan, sehingga mereka bisa bersikap lebih bijak, baik
kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri.
  • Adil berdasarkan "hukum":
paham yang ini beda dengan paham yang lainnya. Kalau adil
berdasarkan hukum ini, kita semua sebagai warga masyarakat tentu saja
mau atau tidak mau...ya harus patuh dengan bentuk keadilan semacam ini.
Oleh karena, berdasarkan hukum yang berlaku di masing-masing Negara,
semua orang sesungguhnya mempunyai persamaan hak dan kewajibannya, tidak
dibeda-bedakan. Demikian juga aturan yang ada di dalam hukum Agama,
setiap orang punya hak dan kewajiban sama. Ini sebuah prinsip hukum,
meskipun di dalam pelaksanaannya tetap saja ada
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Mengapa selalu
ada penyimpangan? Jawabannya, karena kita ini juga dipengaruhi oleh
berbagai paham yang lainnya, tiga paham sebelumnya tersebut. Ketiga
paham tentang adil yang saya sebut sebelumnya di awal tadi, pasti juga
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam menyikapi
suatu keadilan.

Kelima uraian tentang pengertian adil di atas, sudah saya coba berikan
ke Anda. Dari 5 (Lima) macam uraian tentang adil tersebut, setidaknya
setiap orang pasti akan selalu terlibat di dalam dua pilihan yang tidak
mungkin terpisahkan. Dua pilihan yang pasti ada di dalam pemikiran
setiap orang, misalnya Anda punya paham "adil berdasarkan kesamaan
derajat", pasti Anda juga menganut paham "adil berdasarkan hukum". Oleh
karena paham "adil berdasarkan hukum" ini harus kita pegang, dan
bersifat wajib bagi semua orang. Jika Anda para pembaca budiman
mempunyai konsep adil menurut pandangan Anda, maka sungguh menyenangkan
jika Anda juga mau berbagi pengetahuan Anda itu dengan saya. Konsep Adil
di atas tersebut menurut hemat saya adalah mewakili konsep sebagian
besar dari kita, yang terbersit di dalam pemikiran kebanyakan orang.
sumber   http://www.mail-archive.com/bicara@yahoogroups.com/msg01193.html

Tidak ada komentar: